Ilustrasi Zodiak Pisces / Foto: pexels.com HEALTHY.ID - Orang yang lahir antara tanggal 19 Februari hingga 20 Maret termasuk dalam zodiak Pisces. Sebagai salah satu dari dua belas tanda zodiak, Pisces dikenal karena kepekaan, empati, dan kreativitas yang tinggi. Ketika mencari pasangan, Pisces cenderung mencari seseorang yang memahami dan menghargai sifat-sifat mereka. Berikut ini adalah 4 zodiak yang cocok untuk jadi jodoh Pisces: 1. Cancer (22 Juni - 22 Juli) Cancer adalah zodiak yang sangat cocok untuk Pisces. Keduanya sangat empatik dan sensitif, sehingga dapat memahami perasaan dan kebutuhan satu sama lain. Baca Juga: Ini Lho! 4 Sifat Jodoh yang Cocok untuk Zodiak Gemini Kedua zodiak ini juga cenderung memprioritaskan kebahagiaan pasangan mereka, sehingga dapat menciptakan hubungan yang penuh cinta dan perhatian. 2. Taurus (20 April - 20 Mei) Taurus adalah zodiak lain yang cocok untuk Pisces. Kedua zodiak ini memiliki sifat yang tenang dan kreatif, dan sama-sama menghargai k...
Ilustrasi Gangguan Jiwa / Foto: pexels.com
HEALTHY.ID - Gangguan mental atau jiwa terjadi disebabkan beberapa kondisi yang mempengaruhi suasana hati, cara berpikir, serta perilaku yang ditunjukkan. Gangguan jiwa yang disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi dan menimbulkan difungsi dalam menjalankan aktivitas.Jenis gangguan jiwa ini ternyata juga beraneka macam jenisnya. Beberapa jenis gangguan jiwa yang sering didapati dalam masyarakat adalah, bipolar, depresi, ansietas, skizofrenia, gangguan kepribadian dan masih banyak lagi.
Gangguan jiwa ini bisa menimpa siapa saja, tergantung dengan kondisi dan latar belakang masing-masing. Semua orang berkesempatan terkena gangguan jiwa baik yang ringan hingga gangguan jiwa berat.
Baca Juga: 3 Jenis Diet Sehat yang Populer Dilakukan Banyak Orang pada Tahun 2023
Namun yang banyak beredar di dalam masyarakat, bahwa seseorang yang terkena gangguan jiwa disebabkan faktor kurangnya ibadah. Ibadah yang kurang dari segi kuantitas maupun kualitas dianggap bisa membuat seseorang terkena gangguan jiwa. Lantas, bagaimana pendapat pakar mengenai hal ini?
Dr Zulvia Oktanida Syarif yang merupakan spesialis kedokteran jiwa (psikiater), SpKJ menyatakan bahwasanya gangguan jiwa bukan merupakan tanda-tanda lemahnya iman seseorang, kurang bersyukur, atau bahkan bukan karena kurangnya seseorang dalam hal ibadah. Lantaran, pada dasarnya gangguan jiwa adalah sebuah penyakit.
Berdasarkan hasil riset yang sudah dilakukan dan ditulis Dokter Harold Koening dalam jurnal ISRN Psychiatric, menyatakan bahwa faktanya praktik keagamaan serta keyakinan sudah sejak lama disangkut pautkan dengan histeria, neurosis, juga psikotik delusi.
Akan tetapi, di sisi lain, hasil riset yang mengidentifikasi praktik keagamaan mungkin juga akan berguna sebagai sumber psikologis dan sosial dalam mengatasi stres.
Dokter Zulvia yang termasuk ke dalam anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) menjelaskan, saat ini setiap orang memiliki mekanisme coping yang berbeda-beda saat menghadapi stres atau tekanan.
Ada yang memilih untuk tidur, ada yang dengan makan, jalan-jalan, belanja, dan ada juga yang menghadapinya dengan beribadah. Artinya, tiap orang mempunyai mekanisme atau caranya sendiri-sendiri saat mendapatkan dan mengatasi tekanan hidup.
Namun tidak sedikit yang beranggapan bahwa penyebab dari gangguan jiwa ini terjadi karena kurangnya ibadah. Orang seperti ini bukannya menyarankan untuk ke psikiater yang memang ahlinya untuk mendapatkan solusi, tapi mereka malah menyarankan agar orang yang terkena gangguan jiwa untuk memperbanyak ibadah. Terkadang, saran seperti itu malah justru bisa memperparah gangguan jiwa yang dialami oleh seseorang.
Memang ibadah dan doa dapat meredakan stres, namun itu bukanlah satu-satunya jalan keluar. Bukan pula orang yang tidak bersyukur pasti akan mengalami gangguan jiwa, karena pada dasarnya bahwa gangguan jiwa merupakan sebuah penyakit.
Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengidap penyakit gangguan jiwa, seperti faktor psikologi, biologis dan sosial. Faktor biologis biasanya berasal dari genetik yang berasal dari keturunan. Apabila ada dari anggota keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa, maka kemungkinan keturunannya juga akan berisiko mengalami hal yang sama.
Faktor psikologi bisa datang dari pola pengasuhan yang diterima selama menjalani hidup meninggalkan riwayat trauma sampai perundungan. Sementara itu, faktor sosial bisa datang dari kondisi seseorang dalam kehidupan sosialnya, seperti diputuskan pacarnya, masalah rumah tangga, hingga masalah pekerjaan. ***

Komentar
Posting Komentar